Oleh: Theresia Rachelita Devia Irani
HIMPUN.ID, OPINI – Bahasa prokem atau yang biasa disebut bahasa gaul ini sebenarnya sudah banyak ditonjolkan sejak dekade 1990-an di media elektronik seperti radio dan televisi.
Kata-kata yang digunakan sepintas sama namun konteks dan maknanya tidak pada tempatnya.
Meluasnya penggunaan bahasa ini berawal dari bahasa yang digunakan oleh kelompok waria dan gay (homoseksual).
Bahasa yang digunakan oleh kelompok waria tersebut dinamakan dengan bahasa binan, kemudian dinamakan bahasa gaul (Riski dkk, 2020:2).
Jika tidak membumbui percakapan kita dengan bahasa prokem, biasanya akan terasa ada yang kurang dan terkesan sangat formal.
Baca juga:Alhamdulillah, Kemenag Mulai Cairkan Rp 336 M Dana Bantuan PIP Madrasah
Di Indonesia sendiri, penggunaan bahasa prokem telah meluas bahkan setiap daerah memiliki ciri khas bahasa prokem masing-masing.
Penggunaan bahasa prokem ini sendiri dengan sangat mudah disebar luaskan, terutama di kalangan anak muda masa kini.
Hal ini dikarenakan biasanya anak muda yang seakan sangat mudah menyerap hal baru dilingkungannya, ketika ada bahasa yang dianggap menarik, mereka akan cenderung cepat menyerapnya dan kemudian digunakan sebagai alat komunikasi.
Bahasa prokem termasuk salah satu jenis every talk, juga dapat digolongkan dalam casual language karena memenuhi beberapa kriteria seperti ujaran-ujaran yang spontan (spontaneity pheomena), everyday vocabulary and colloquial expressions (Riski dkk, 2020:2).
Bahasa prokem ini adalah bahasa yang bebas dipermainkan demi tujuan dan identitas kelompok (Bambang, 2009 :7), oleh karena itu biasanya bahasa prokem sendiri bahkan bisa melambangkan identitas daerah masyarakat yang menggunakannya.
Seperti yang ada di masyarakat Lampung, bahasa prokem telah menjadi salah satu bumbu dalam percakapan mereka sehari-hari terutama dikalangan anak muda. Contohnya seperti dikutip dari www.infobdl.com sebagai berikut :
1. Unjal : Mengantar secara bergiliran atau satu persatu.
Contoh : “yaudah diunjal aja pake motor biar cepet”.
2. Ngotak : belagu
Contoh : “Gak usah ngotak lo jadi orang!!”.
3. Basing : terserah
Contoh: “Basing lo Lah, gue mah ngikut aja”.
4. Ligat : cepetan, buruan
Contoh : “Ligat woi, jangan kelamaan!!”.
5. Tegambuy : Tidak jelas, Sendirian tanpa kepastian (persamaan : nyangklak)
Contoh: “Sial, tegambuy gw kayak orang gila, kemana aja lu ga dateng.
6. Susuk : uang kembalian
Contoh: “kok susuknya dolar bro!!”
7. dolar : Uang Koin/receh
8. MJ : singkatan dari Mak Jelas, artinya gak jelas.
Contoh: “Dasar MJ lo!!”
9. Mènèl : centil
Contoh: “gak malu, cowo kok menel.”
10.Tudaw : Centil yang lebih parah
11. Palèng : pusing, pusing dan condong ke kesal atau marah
Contoh: “Sial tuh dosen, bikin paleng aja!!.”
12. Kita orang (baca: kitorang) : kami atau kita.
Contoh : “Kitorang duluan ya bro.”
13. Kami orang : Kami
Contoh : “Kami orang duluan bro.”
14. Kamu orang : Kalian
Contoh: Kamu orang mau berangkat gak nih!!?
15. Lo orang (Baca: Lorang) : Kalian
Contoh: lorang mau berangkat gak besok!!?
16. Dia orang (baca: diorang) : Mereka
Contoh: Diorang ikut pergi gak?
17. kongèk ;Ngongèk : menjelekan orang di depan orang tersebut dan biasanya di depan orang ramai, biasanya untuk lucu-lucuan.
Contoh: “gue dikongek abis-abisan ma diorang.”
18. Lantak : Gasak/sikat habis
Contoh : “Duren belum mateng udah di lantak” – “Lantak-lantak aja dulu, nanti urusan belakangan”
19. Gèh: kata tambahan / dong.
Contoh: “Jangan gitu geh, ngomong baik-baik aja kan bisa.”
20. Dong: mengerti / paham
Contoh : “udah di kasih tau berapa kali, masih aja gak dong”
21. Ngeh : Mengerti / Paham
Contoh : “Baru ngeh kalo ternyata mereka itu pacaran.”
22. Gupek : rusuh, heboh dalam melakukan sesuatu
Contoh : “Gupek banget sih jadi orang.”
23. Laju: Terus
Contoh : “Kalo udah cair aja, Laju gak inget lagi sama kitorang.”
24. Mèngkol : Belok
Contoh : Mengkol kiri, Bang!
26. Sepelibasan : berpapasan di jalan tapi tidak sadar atau tidak bisa saling bertemu.
Contoh : “Gue sepelibasan kayanya tadi sama lo”
Baca juga:Gelar Rakor PAKEM, Asni: Perlu Adanya Deteksi Dini Terhadap Radikalisme
Dari beberapa contoh bahasa prokem yang ada di kalangan masyarakat Lampung, terlihat bahwasanya bahasa prokem yang ada sangat didasarkan dengan bahasa daerah asli masyarakat Lampung.
Bahasa Lampung yang dianggap saat ini jarang ditemukan dibicarakan oleh anak muda, ternyata secara tidak langsung masih sangat mudah ditemukan dalam percakapan mereka sehari-hari, dalam bentuk bahasa prokem yang dikemas menjadi lebih gaul dan lebih komunikatif.
Dengan penggunaan bahasa prokem yang masih sangat dipengaruhi oleh bahasa daerah, kita sebagai anak muda sebenarnya juga membawa budaya daerah kita menjadi lebih dikenal, dilestarikan, dan diadaptasikan dengan kondisi yang lebih modern saat ini melalui media kita berkomunikasi.
Selain itu, beberapa bahasa prokem yang ada dikalangan masyarakat terutama anak muda di Lampung ternyata ada yang penggunaanya sama konteksnya dengan bahasa-bahasa prokem di daerah lain.
Contohnya seperti basing, penggunaan basing ini ternyata juga ditemukan di kalangan masyarakat Jawa. Dalam hal ini, bahasa prokem yang ada pada masyarakat Lampung terutama anak muda merupakan salah satu bentuk bahasa rakyat dalam konteks folklor lisan.
Dari beberapa contoh yang ada dapat kita lihat adanya ciri-ciri prokem seperti banyaknya akronim yang berupa permainan kata secara terbalik sebagai suatu lelucon, contohnya pada kata dolar yang sebenarnya adalah mata uang luar negeri yang biasanya satuannya besar diartikan sebagai uang koin atau receh.
Selain itu juga sebenarnya ada ciri sinonim kata dimana seperti yang ditemukan dalam kata laju, laju sendiri bila diartikan dalam bahasa Indonesia adalah menjadi “melaju” atau jalan terus, arti itu sama dengan arti dalam bahasa prokem itu sendiri yaitu terus atau jalan terus.
Di satu sisi juga, dalam bahasa prokem dikalangan anak muda Lampung ini juga, dapat ditemukan prinsip morfologi bahasa prokem yang sangat menonjol yaitu seperti kata-kata biasa yang memiliki arti baru, lalu ada pula kata turunan.**
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, J. (1984). Foklor Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Grafitipers.
Reranta, R.C. (2017). The Influence Of Lampungese To Bahasa Indonesia Spoken In Lampung. Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya.
Riski, dkk. (2020). Proses Fonologis Generatif Bahasa Prokem Remaja di Indonesia. DEIKSIS. Vol. 12 No. 01, Januari-April 2020 hlm. 69-74.
Yulianto, B. (2009). Perkembangan fonologis bahasa anak. Surabaya: Unesa University Press.
Catatan : Tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis
(Info: himpun.id menerima kontribusi tulisan dengan berbagai tema. Rubrik tulisan yang dapat di kirim yakni Opini, Resensi, Cerpen, Puisi, Tips, Edukasi, Khazanah, dan lain sebagainya, selagi bermanfaat)