HIMPUN.ID – Pada umumnya, acara kampanye politik para kandidat yang akan berkompetisi pada pemilihan umum (Pemilu), baik Pemilihan Presiden (Pilpres) Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg), dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), diselingi dengan hiburan musik modern.
Biasanya, pada sesi hiburan yang atraktif itu, menampilkan biduan-biduan yang melantunkan lagu yang sedang hits, atau lagu-lagu jaman dulu (Jadul) yang masih populer dan enak didengar hingga saat ini.
Berbeda dengan yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut). Salah satu koalisi partai bernama Koalisi Gorut Bercahaya (KGB), menyelingi setiap kampanye politik mereka dengan suguhan penampilan syair Tanggomo (Molanggomo).
Konsep menyelingi setiap sesi acara kampanye politik dengan mengangkat kearifan lokal Gorontalo (Tanggomo) oleh koalisi partai pengusung dan pendukung, pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Gorut, Thariq Modanggu dan Nurjana H Yusuf itu, menciptakan tradisi baru di dalam dunia politik di Gorontalo Utara.
Menampilkan sang budayawan Tanggomo asal Kecamatan Kwandang, Anis Husain, acara kampanye pasangan Thariq-Nurjana akhir-akhir ini, menjadi lebih atraktif dengan suguhan syair-syair Tanggomo yang penuh makna mendalam.
Tak hanya penuh makna soal moral dan etika kepemimpinan, syair-syair Tanggomo yang disampaikan oleh sang budayawan lokal Gorontalo Utara itu pun, ditambah dengan pesan-pesan jenaka yang mampu mengocok perut dan membuat peserta kampanye tertawa, sehingga menjadikan suasana menjadi lebih cair penuh keakraban.
Diadakannya penampilan tradisi Gorontalo Molanggomo (Membawakan Tanggomo) ini, tujuannya tak hanya untuk menyampaikan pesan-pesan moril saat kampanye tengah berlangsung, tetapi juga menjadi bagian dari mempertahankan kearifan lokal dan mengingatkan kembali kepada masyarakat, akan identitas dan jati diri suku Gorontalo.
Selain untuk melestarikan tradisi dan budaya Gorontalo yang kian memudar tergerus oleh perkembangan zaman, dengan menggunakan Tanggomo, pesan-pesan yang tersebutkan dalam syair-syair Tanggomo bisa tersampaikan ke semua kalangan, sebab menggunakan bahasa daerah Gorontalo.
Menurut literatur yang ada, Tanggomo adalah sastra lisan yang diungkap secara berirama, berbentuk puisi, naratif dan tidak terikat oleh baris. Sedangkan, arti kata Tanggomo sendiri, jika ditinjau dari makna katanya, ialah “tampung”, (Wikipedia).
Kata “tampung” yang dimaksud, dalam pembentukan verba menjadi dua jenis kata yang berbeda makna. Bentukan pertama adalah “molanggomk”, yang berarti menampung sesuatu dengan tangan yang ditadahkan terbuka ke atas.
Sementara, bentukan kedua jenis katanya adalah “motanggomo”, kata ini mempunyai makna yang lebih dekat dengan kegiatan bercerita, yaitu “bercerita dengan ragam sastra tanggomo”.
Umumnya, Tanggomo berisi peristiwa dan kejadian yang sumber ceritanya berasal dari kejadian atau peristiwa nyata, cerita rakyat, dan dari rekaman pencerita sendiri. Pada jaman dahulu, Tanggomo di Gorontalo, merupakan alat untuk menyebarluaskan informasi berdasarkan fakta kepada masyarakat.
Kini, Tanggomo di Gorontalo nyaris tersingkir dari peradaban manusia di Gorontalo. Munculnya berbagai macam sastra modern dan seni budaya luar, mengancam eksistensi Tanggomo di Bumi Serambi Madinah (Gorontalo), yang merupakan daerah asalnya.
Penulis : Mohamad Yusrianto Panu