HIMPUN.ID – Dalam kehidupan ini, kita tidak akan pernah bisa memastikan orang lain untuk selalu suka dengan kita, sebab penilaian dan sikap suka atau tak sukanya orang lain terhadap diri kita, adalah bagian dari kemerdekaan yang menjadi asasi di dalam diri manusia sebagai makhluk yang berakal.
Meski demikian, sebaliknya kemerdekaan manusia juga memberi ruang untuk diri kita sendiri dapat memastikan, diri kita tak membenci orang lain. Tergantung, kapasitas hati dalam berkomunikasi dengan otak sebagai fasilitas manusia untuk berpikir.
Belum lama ini, hangat diperbincangkan tentang kemandirian fisikal Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut). Di salah satu media massa, kemandirian fiskal di daerah terbungsu di Provinsi Gorontalo itu, bahkan disebut hanyalah cerita.
Menariknya, masalah yang mempengaruhi belum tercapainya kemandirian fiskal di Kabupaten Gorut, seolah dikait-kaitkan dengan pemerintahan Thariq Modanggu, yang hanya bisa dilaksanakan olehnya dalam kurun waktu satu setengah tahun.
Pertanyaannya, apakah kemandirian fiskal hanya bisa diraih dalam kurun waktu satu setengah tahun pada pemerintahan Thariq Modanggu? Jika melihat secara objektif, di seluruh daerah yang ada di Provinsi Gorontalo yang lahir terlebih dahulu dari Kabupaten Gorut, daerah mana yang sudah mendapat kemandirian fiskal?
Dari hasil penelitian Ikatan Sarjana Ekonomi (ISEI) Cabang Gorontalo, tentang Derajat Kemandirian Fiskal serta Pengaruhnya terhadap Indikator Ekonomi Makro, dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Gorontalo pada tahun 2022 yang lalu, sejak tahun 2016 hingga 2021 Indeks Kemandirian Fiskal (IKF) di Kabupaten Gorut berada di zona merah yang artinya belum mandiri.
Data hasil penelitian itu, terungkap saat Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Gorontalo, menyelenggarakan Gorontalo Economic Outlook Tahun 2022, yang mengusung tema “Potensi dan Tantangan Kemandirian Fiskal Gorontalo dalam Mengakselarasi Pertumbuhan Ekonomi Daerah”, di Aula KPw BI Gorontalo, Jumat (16/12/2022) yang lalu.
Pertanyaannya, apakah kemandirian fiskal di Kabupaten Gorut yang belum mandiri, akibat dari pemerintahan CERIA? Adilkah kita, menyalahkan Thariq yang ketika memimpin Kabupaten Gorut ini cuman sejak Juni 2022 hingga Desember 2023?
Mendekati Pilkada Kabupaten Gorut 2024, suhu politik di Kabupaten Gorut memang mulai dinamis. Hal ini nampak terlihat, begitu banyaknya persoalan di daerah ini seolah ditimpakan kepada Thariq dan pemerintahannya. Thariq seolah dibuat menjadi satu-satunya orang yang harus menanggung seluruh justifikasi, penilaian terhadap kegagalan pembangunan di Kabupaten Gorut.
Muncul dalam benak saya, mungkin ini yang dimaksud oleh ungkapan nan bijak, “Hanya Pohon Berbuah Manis yang Akan Dilempari Batu”. Pasalnya, framing yang bisa saja menjatuhkan Thariq di hadapan publik, terus disematkan kepada Thariq dari segala penjuru arah, yang entah tujuannya apa.
Mungkinkah Thariq menjadi ancaman bagi segelintir orang yang tak suka kepadanya? Ataukah Thariq masih menjadi figur terkuat dan tak tertandingi di Kabupaten Gorut jika dirinya dapat melenggang ke arena Pilkada Kabupaten Gorut? Sebab seluruh penghakiman terhadap Thariq, menurut saya tak ada satu pun yang bersandar pada penalaran yang logis.
Tetapi apakah Thariq membalas semua isu-isu sampah yang dibebankan kepadanya? Jawabannya tidak. Thariq lebih memilih diam dan mengorbankan dirinya menjadi bulan-bulanan segelintir orang yang tak mampu berpikir luas. Thariq tak mau tergiring dalam opini yang bersandar pada penalaran politik konflik. Thariq menyadari, jika dia menyahuti semua isu miring murahan itu, akan ada orang lain yang tersakiti dan terluka.
Politik di zaman ini terkadang memang kejam, saya menduga, mungkin saja karena tak ada satu pun kekurangan Thariq, isu-isu miring murahan kemudian sengaja digoreng untuk menjatuhkan Thariq dengan politic toxic.
Semoga Allah SWT, akan memberikan jalan, ilmu, dan pencerahan kepada saya dan seluruh rakyat Gorontalo Utara, agar bisa memilah antara kebenaran dan kebatilan. Sehingga kedepannya, Kabupaten Gorut akan menjadi lebih makmur dan sejahtera. Wallahualam Bissawab.
Penulis : Mohamad Yusrianto Panu