HIMPUN.ID – Pilkada Kabupaten Gorut Tahun 2024 kian dekat, berbagai tahapan kini telah disiapkan dengan matang. Para penyelenggara Pemilu, baik itu KPU maupun Bawaslu dan semua stakeholder di daerah, menyatu dan bersinergi mengupayakan Pilkada Kabupaten Gorut terselenggarakan dengan aman dan tertib.
Di sisi lain, para tokoh yang digadang-gadang bakal maju untuk bertarung mengikuti kontestasi politik akbar setiap lima tahun sekali ini, juga tak kalah sibuk dengan melakukan langkah-langkah politik, entah atas nama pribadinya sebagai bakal calon, kader partai, maupun atas nama koalisi partai.
Para kontestan yang kabarnya bakal maju ikut bertarung, ada pasangan Roni Imran dan Ramdhan Mapaliey, serta Ridwan Yasin dan Muhksin Badar. Sementara yang masih dinanti-nanti kabarnya, adalah mantan Bupati Kabupaten Gorut Thariq Modanggu, yang hingga kini belum terdengar akan turut ikut maju atau tidak.
Meski demikian, tak sedikit pihak-pihak yang mendorong Thariq untuk ikut bertarung pada Pilkada Kabupaten Gorut, termasuk saya sendiri yang jika beliau berkenan mendengarkan aspirasi saya. Bukan karena tendensius, atau hendak berpolitik praktis, tapi menurut hemat saya, Pilkada Kabupaten Gorut 2024 tanpa Thariq, tidak “span”.
Jika Thariq kembali ikut bertarung, tentu dirinya akan menjadi Calon Petahana. Tentang dirinya akan berpasangan dengan siapa, menurut saya itu adalah hal teknis internal politik mereka. Siapapun akan beliau ajak berpasangan, saya hanya berharap figur itu memiliki komitmen yang sama dengan Thariq untuk membangun Gorut.
Pertanyaan yang kemudian timbul, jika Thariq kembali bertarung, atau jika saya gunakan jargon Thariq Sekali Lagi, emang boleh? Pasalnya, Partai Golkar Gorut yang dinahkodai Thariq tak memenuhi syarat untuk mengusung sendiri Thariq dan pasangannya menjadi Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Gorut.
Hal itu, karena sesuai hasil Pileg 2024 pada bulan 14 Februari yang lalu, Partai Golkar Gorut hanya bisa menyabet empat kursi di DPRD Gorut. Maka, jika Thariq ingin ikut bertarung pada Pilkada akan datang, dirinya harus mengait partai lain yang juga memiliki kursi di DPRD Kabupaten Gorut, dan membentuk armada koalisi.
Namun, apakah Thariq atau Partai Golkar mampu meminang satu partai saja untuk dijadikan sebagai teman berkoalisi? Sementara di sisi lain, kabarnya pasangan bakal calon Roni Imran dan Ramdhan Mapaliey, kabarnya telah menyapu bersih hampir seluruh partai politik yang memiliki kursi di DPRD Kabupaten Gorut untuk berkoalisi dengan mereka.
Situasi ini memang menyulitkan Thariq untuk tetap dijagokan pada Pilkada akan datang. Bahkan, bukan hal yang tidak mungkin jalan untuk menuju ke panggung Pilkada Gorut 2024 sudah tidak ada lagi. Tetapi, apakah bagi Thariq itu adalah sebuah penghalang atau sandungan untuk dirinya bertarung kembali? Menurut saya, tidak sama sekali.
Menurut sudut pandang saya, orang yang cukup mengenal Thariq, konstalasi politik hari ini di Gorut yang seolah tak berpihak padanya, akan dianggap sebagai tantangan yang menurut saya telah ia terima jauh sebelum situasi menyulitkan itu dimulai. Thariq telah membaca hal ini, jauh sebelumnya dan telah menyiapkan penawar untuk itu.
Diamnya Thariq saat ini tanpa seuntai kata dan argumentasi di hadapan publik, bukan berarti menandakan dirinya telah menyerah atau tak ingin meneruskam nilai-nilai dasar perjuangannya lewat Pilkada Gorut akan datang, tetapi Thariq memang adalah figur yang terbiasa bekerja tanpa suara krasak krusuk.
Sebagai sosok yang telah melewati berbagai macam proses, mulai dari hanya seseorang yang biasa saja hingga menjadi figur yang ditokohkan di Gorut, di mata saya Thariq adalah sosok yang memiliki keyakinan tinggi atas kebenaran yang mutlak, sebagai kekuatan terbesarnya dalam menghadapi situasi apa pun. Bukan sebagai kesombongan, melainkan sebuah keyakinan atas segala sesuatu yang bergerak di muka bumi ini tak akan terjadi tanpa kehendak Illah.
Thariq, menyandarkan dirinya dibalik kebesaran Illahi Rabb, sebagai sumber segala kekuatan di alam jagad raya ini, sehingga dirinya bersama tokoh KPK Gorut yang lain tanpa biaya miliyaran rupiah, tanpa fasilitas yang memadai, mampu menyatukan seantero wilayah Tolinggula sampai Atinggola di dalam bingkai Kabupaten Gorontalo Utara pada 17 tahun yang lalu.
Saat ini, menurut sebagian orang Thariq berada di posisi yang sulit dan mudah dijatuhkan, akan tetapi bagi Thariq dan sebagian orang yang diberi akal dalam mendefinisikan kerangka ilmiah atas kebenaran yang mutlak, posisi Thariq saat ini adalah dimana dirinya justru didorong untuk mendapatkan kekuatan yang maha dahsyat.
Dengan bagaimana Thariq mendapatkan kekuatan itu? Tentu dengan keyakinan dirinya lagi atas kebenaran yang mutlak, sebagaimana dirinya meyakini usahanya dalam melahirkan Kabupaten Gorut akan sampai. Thariq sekali lagi memimpin Kabupaten Gorut akan boleh, jika kebenaran yang mutlak menjadi arah dan tujuan bersama.
Namun, politik memang sulit untuk ditebak. Apalagi, berbagai strategi politik saat ini terus ter upgrade seiring dengan bergesernya penafsiran tentang politik. Hasrat untuk berkuasa, ambisi mengejar kepentingan pribadi dan kelompok, menghasilkan polusi di wilayah budaya politik yang harus dinetralisir dengan keyakinan atas kebenaran yang mutlak.
Penulis : Mohamad Yusrianto Panu/Jurnalis dan Penggiat Literasi