Oleh: Mohamad Yusrianto Panu/Jurnalis Gorontalo
HIMPUN.ID – Tepat di hari ini, Jumat 26 April 2024, Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut) merayakan hari jadinya yang ke 17, dengan diwarnai oleh beberapa kegiatan baik ceremonial maupun atraktif, untuk meramaikan perayaan hari ulang tahun Kabupaten Gorut.
Memasuki di usianya yang ke 17 tahun. Ibarat manusia, usia 17 tahun adalah usia dimana seseorang berada pada masa-masa keemasannya. Artinya, dari segi perubahan fisik, dia akan mengalami perubahan yang cukup signifikan dan percepatan pertumbuhan.
Begitupun, dari segi fsikologi seksual. Seseorang yang telah berusia 17 tahun akan mengalami peningkatan fsikologi seksual dan kebanyakan dari mereka mulai tertarik dan belajar untuk merambah ke hubungan yang romantis dan seksual.
Banyak juga otak dari mereka yang telah menginjak usia ini, mulai bergerak menuju kematangan, dan mulai berpikir kritis. Mereka akan menggunakan fasilitas otak dan hati mereka, untuk saling berkoordinasi dalam mengambil sebuah keputusan yang kompleks, mengontrol impuls, dan mempertimbangkan berbagai pilihan serta konsekuensinya.
Sederhanya, seseorang yang normal ketika telah berusia 17 tahun, dia mulai bersikap seolah dia telah dewasa. Ideal, Aktif, Mandiri, Lebih mampu menjaga hubungan sosial dan bersikap dewasa, ini yang akan nampak pada orang secara normal, telah berusia 17 tahun.
Hebat bukan? Itu mengapa, manusia di usia 17 tahun adalah dimana dia menjalani masa-masa keemasannya, karena tengah berproses mencari jati diri yang sesungguhnya dengan gaya karakteristinya, untuk menghadapi fase di mana dia dituntut untuk bertahan hidup ditengah tantangan dunia semakin keras, yakni di masa-masa dewasa. Lantas, apa hubungannya dengan Kabupaten Gorut?
Secara harafiah, memag tak ada hubungannya. Karena, bagaimana mungkin proses bertumbuhnya manusia dihubungkan dengan tumbuh dan berkembangnya suatu daerah? Ya, saya hanya menganologikan Kabupaten Gorut dengan manusia. Sebab, Kabupaten Gorut adalah bukti nyata, karya dari tangan-tangan manusia yang telah melewati fase pertumbuhannya secara optimal, mulai dari masa anak-anak, remaja hingga dewasa.
Untuk itu, saat momentum peringatan hari-hari ulang tahun Kabupaten Gorut yang ke 17, yang diwarnai dengan berjubel kegiatan ceremonial maupun atraktif dan disertai berseliwiran ucapan-ucapan hangat nan semangat, saya menjadi berpikir sejenak dan secepat kilat terlintas pemikiran dan pertanyaan di benak saya.
Ya, mungkin ini yang dimaksud oleh Deklarator Kabupaten Gorut, Thariq Modanggu, dalam sebuat tulisan kecil beliau yang sempat saya baca, yakni “Flash Of Mind”. Kurang lebih, pertanyaanya gini, apakah semua yang dilaksanakan hari ini dalam memperingati hari ulang tahun Kabupaten Gorut ke 17, telah menampakkan Kabupaten Gorut berada di masa-masa keemasannya?
Apabila pertanyaan itu di layangkan kepada saya, saya akan dengan haqul yakin menjawab, tidak sama sekali. Mengapa? Sebab masa-masa keemasan Kabupaten Gorut, tidak bisa hanya dinampakkan dengan apa yang dilakukan hari untuk kemeriahan hari ulang tahun Kabupaten Gorut.
Melainkan, dengan apa yang telah dicapai hari ini, harus mampu untuk menopang kesiapan Kabupaten Gorut, melanjutkan eksistensinya ke fase selanjutnya. Fase dimana, dia mampu menaklukan berbagai masalah kompleks yang terjadi di dalam dirinya, menghilangkan budaya KKN, kemiskinan dan meningkatkan kesejahteran dan kemakmuran dirinya.
Baca Juga:Sekelumit Coretan Untuk Bumi Cendrawasih
Di usianya yang seharusnya berada di masa-masa keemasan, Kabupaten Gorut masih belum mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) agar cukup menstabilkan devisit anggaran yang tak sedikit jumlahnya. Perputaran ekonomi di daerah yang dijuluki Gerbang Emas ini pun, masih terbilang labil bahkan nyaris tersedak sebab kurangnya fasilitas perputaran ekonomi.
Tak hanya itu, di usianya yang saat ini harusnya telah siap menghadapi fase kedewasaannya, daerah yang didirikan oleh para Tokoh KPK dengan cita-cita luhur ini, belum mampu mengoptimalkan standar Indek Pembangunan Manusia (IPM); fasilitas Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi belum terbangun secara optimal, dan tak cukup mengakomodir kebutuhan yang ada.
Dengan kata lain, Kabupaten Gorut terus tanpa henti bertambah umur dan persoalan kehidupan di dalamnya, tapi tidak dengan proses menuju kedewasaannya. Kabupaten Gorut masih nampak rapuh dan labil seperti halnya anak-anak, yang belum mampu memecahkan persoalannya sendiri, dan masih tertatih-tatih dalam berjalan.
Kabupaten Gorut masih belum mampu menciptakan peluang dalam proses menemukan jati dirinya. Penghasil jagung, namun harga jagung di pasar daerah sendiri, lebih mahal dari daerah lainnya, memiliki kekayaan alam tapi pemanfaatannya oleh orang lain, memiliki wilayah sendiri tapi lebih suka ke daerah lain. Potensi yang ada belum termanfaatkan sepenuhnya.
Akhir dari tulisan ini saya ingin menyampaikan, jika Kabupaten Gorut ingin benar-benar berada di masa-masa keemasannya, maka seluruh elemen di daerah harus berfungsi optimal demi tumbuh kembangnya Kabupaten Gorut secara normal, sehat dan kuat. Para pemangku kepentingan harus memiliki komitmen dan keseriusan dengan sepenuh hati membangun Kabupaten Gorut.
Jangan saling menjatuhkan yang hanya untuk sebuah kepentingan menunjukan diri lebih baik dari orang lain, sebab mutiara yang sangat berharga akan tetap menarik meski berada di dasar lautan. Jangan mengumbar diksi dan frasa yang hanya isapan jempol belaka, dan mari bersatu dalam konsep “kebhinekaan” untuk membangun Kabuten Gorut yang lebih baik.**
Catatan : Tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis
(Info: himpun.id menerima kontribusi tulisan dengan berbagai tema. Rubrik tulisan yang dapat di kirim yakni Opini, Resensi, Cerpen, Puisi, Tips, Edukasi, Khazanah, dan lain sebagainya, selagi bermanfaat)